Selasa, 27 September 2011

CEDERA SELALU MENDERAKU

sumber : www.pbdjarum.org



kapan ya aku bisa terbebas dari cidera ? pertanyaan ini selalu terngiang di benakku. Kaki atau tepatnya lutut kananku sering sekali mengalami cedera. Karena cedera inilah beberapa kali aku terpaksa mundur atau kalah dari turnamen.

Asal muasal cedera itu muncul bukan pada saat pertandingan, tetapi justru datang setelah aku latihan. Waktu itu aku masih di Pelatnas. Seingatku dulu, setelah aku latihan beban, aku lanjut latihan stroke, tiba-tiba lutut kananku terasa ngilu. Saat naik tangga ngilu itu tambah terasa. Tak mau berlama-lama dengan cedera, aku langsung berobat. Hasil diagnosa dokter menunjukkan otot ku tidak mengalami masalah. Yang bermasalah justru cairan di dalam lututku semakin berkurang. Jadi tulang lututku saling bergesekan satu sama lain secara langsung. Ini yang menyebabkan lututku terasa ngilu sampai sekarang. Berbagai usaha untuk menyembuhkan cederaku sudah aku lakukan. Sekarang ini aku hanya terapi. Tidak menyembuhkan, tetapi cukup membantu meringankan cederaku.

Di setiap turnamen aku selalu harus bisa menahan rasa sakit yang terus menyiksaku. Mungkin karena sudah terbiasa dengan rasa sakit pada lututku, aku akhirnya masih bisa terus mengayunkan raket. Tetapi jika rasa sakit itu tidak tertahankan, terpaksa aku memilih mundur. Seperti pada turnamen Thailand Open Grand Prix 2011 lalu. Aku mundur pada babak kualifikasi. Saat itu aku merasakan sakit yang luar biasa. Lututku bengkak, sampai aku tidak bisa menekuk lututku. Mungkin hal itu dikarenakan aku harus bertanding di babak kualifikasi sebanyak tiga kali dalam satu hari. Jadi cedera di lututku kambuh kembali.

Cidera membuatku sering aku merasa frustasi. Tak jarang aku sampai menangis karena frustasi. Aku sedih memikirkan cederaku yang tak pernah hilang dari diriku. Karena cedera ini pula, prestasiku menurun drastis. Aku dari yang bisa menembus olimpiade bahkan sampai bisa meraih medali perunggu, akhirnya harus terpuruk. Sebenarnya ingin aku menumpahkan kesedihanku pada orang tuaku termasuk masalah cederaku. Tapi aku tak bisa. Beruntung aku mempunyai sahabat yang selalu memompa semangatku. Sahabat yang selalu bisa menjadi tempat aku berkeluh kesah akan cideraku. Karena sahabat pula yang membuat ku tegar dan masih bisa berada di lapangan karpet hijau.

Berpikir mundur dari Pelatnas pun tak jarang muncul di benakku. Tetapi niat itu urung terlaksana. Meski beberapa kali sinyal terkena degradasi dari Pelatnas muncul, tetapi batal dilakukan. Karena saat pemberitahuan itu muncul justru prestasi ku kembali naik. Tetapi akhirnya aku
membulatkan tekad untuk mundur dari Pelatnas, tempat yang pernah membesarkan namaku. Sedih juga aku harus meninggalkan Pelatnas, tempatku menghabiskan hari-hariku bersama pelatih dan teman-temanku. Tetapi inilah jalan yang harus aku tempuh. Meski tak lagi ada di Pelatnas, aku masih ingin berprestasi .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Purple Bobblehead Bunny